15 Maret 2025

Jakarta Barat Pos

Informasi Terbaru dan Terpercaya

Penolakan Warga Terhadap Pengungsi Rohingya di Pantai Labu: Mencari Solusi Bersama

Penolakan Warga Terhadap Pengungsi Rohingya di Pantai Labu: Mencari Solusi Bersama

https://www.merdeka.com/

Jakbar Pos – Sebanyak 152 orang etnis Rohingya asal Myanmar terdampar di Pantai Dewi Indah, Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, pada Kamis (24/10) sekitar pukul 04.00 WIB. Kehadiran mereka langsung memicu penolakan dari masyarakat setempat yang merasa tidak nyaman dengan situasi tersebut.

Para pengungsi tersebut terdiri dari 70 laki-laki, 62 perempuan, dan 20 anak-anak. Setibanya di lokasi, mereka langsung didata oleh Badan PBB Urusan Pengungsi (UNHCR) di Kantor Camat Pantai Labu. Sekretaris Camat (Sekcam) Pantai Labu, Azizur Rahman, menyampaikan bahwa 152 orang tersebut akan ditempatkan sementara di salah satu gedung di Kantor Camat Pantai Labu.

“Diputuskan bahwa mereka akan diarahakan ke Aula Kantor Camat Pantai Labu agar bisa berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait,” ungkap Azizur. Ia menjelaskan bahwa Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Deli Serdang akan segera melakukan koordinasi dengan berbagai pemangku kepentingan untuk menentukan langkah penanganan selanjutnya.

“Ini masih dalam tahap koordinasi. Nanti kita akan menyampaikan hasil koordinasi ketika sudah ada kesepakatan dari pihak-pihak yang terlibat,” jelasnya lebih lanjut.

Namun, kehadiran 152 orang etnis Rohingya ini tidak diterima dengan baik oleh warga setempat. Salah satu warga, Anita (45), mengungkapkan bahwa ia dan seratusan warga lainnya telah meminta agar para pengungsi tersebut pergi dari kampung mereka. “Kami tidak setuju mereka tinggal di dekat kampung kami. Sudah cukup keadaan kami sulit, jangan ditambah lagi,” kata Anita dengan tegas.

Anita juga meminta pemerintah untuk segera memindahkan 152 orang etnis Rohingya tersebut dari lokasi penampungan di Kantor Camat Pantai Labu. “Kami mohon kepada kepala desa dan camat untuk tidak membiarkan mereka tinggal di sini. Pulangkan saja ke kampung mereka,” imbuhnya.

Penolakan dari masyarakat menunjukkan betapa besar ketidakpastian yang dirasakan oleh penduduk lokal, yang khawatir kehadiran pengungsi akan membawa masalah baru bagi komunitas mereka. Dalam situasi ini, dialog antara pemerintah, masyarakat, dan pengungsi sangat penting untuk menemukan solusi yang baik bagi semua pihak.

Pemerintah daerah diharapkan dapat merespons situasi ini dengan bijaksana. Koordinasi yang baik dengan UNHCR dan lembaga terkait lainnya perlu dilakukan untuk memastikan bahwa para pengungsi mendapat bantuan yang diperlukan sekaligus mempertimbangkan kondisi dan perasaan masyarakat setempat.

Sementara itu, masyarakat perlu diberikan pemahaman yang lebih baik mengenai situasi yang dihadapi oleh etnis Rohingya. Banyak dari mereka yang terpaksa melarikan diri dari negara asalnya karena konflik dan penganiayaan, sehingga situasi ini menjadi tantangan kemanusiaan yang kompleks.

Diharapkan, dengan upaya koordinasi yang baik dan komunikasi yang terbuka, solusi yang saling menguntungkan dapat ditemukan. Keterlibatan masyarakat dalam proses ini juga sangat penting agar mereka merasa dilibatkan dan diakui dalam pengambilan keputusan yang memengaruhi lingkungan mereka. Dengan demikian, diharapkan kondisi ini bisa segera teratasi tanpa menimbulkan ketegangan lebih lanjut di masyarakat.