14 Maret 2025

Jakarta Barat Pos

Informasi Terbaru dan Terpercaya

Dosen ASN Gelar Aksi Damai Tuntut Realisasi Tunjangan Kinerja

Dosen ASN Gelar Aksi Damai Tuntut Realisasi Tunjangan Kinerja

https://www.antaranews.com

Jakarta Barat Pos – Pada 3 Januari 2025, sekitar 50 karangan bunga dikirimkan oleh Aliansi Dosen ASN Kemendiktisaintek Seluruh Indonesia (Adaksi) ke kantor Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) sebagai bentuk protes atas ketidakpastian realisasi tunjangan kinerja (tukin) bagi dosen ASN. Tunjangan ini sebenarnya sudah dijanjikan sejak 2020, namun hingga kini belum juga terealisasi.

Koordinator aksi, Anggun Gunawan, menyampaikan rasa kecewanya terhadap pengumuman yang diterima pada 3 Januari 2025. Kemdiktisaintek menyatakan bahwa tidak ada anggaran tukin untuk dosen pada tahun 2025, yang tentu saja menjadi pukulan bagi banyak dosen. “Kami merasa sangat kecewa dan terkejut dengan keputusan ini. Kami sudah menunggu sejak tahun lalu, dan kini ada pengumuman yang mengatakan bahwa tukin tidak ada untuk tahun 2025,” ungkap Gunawan dengan nada penuh kekesalan.

Bagi banyak dosen, tunjangan kinerja sangat penting karena mereka menghadapi realitas gaji yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup yang terus meningkat. Gunawan, yang juga berstatus sebagai dosen PPPK di Politeknik Negeri Media Kreatif (Polimedia) Jakarta, bahkan harus mencari penghasilan tambahan dengan mengajar di universitas lain untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Tak sedikit dosen yang terpaksa bekerja di sektor non-formal, seperti menjadi pengemudi ojek daring, untuk mengatasi ketimpangan penghasilan.

Ironisnya, meskipun banyak dosen yang memiliki gelar pendidikan tinggi, seperti S2 atau S3, mereka harus mencari pekerjaan tambahan di luar profesi akademik. “Kami yang telah memiliki gelar tinggi, harus bekerja sebagai pengemudi ojek. Padahal, pegawai lain di kementerian ini yang tidak memiliki gelar tinggi, seperti laboran atau tenaga administrasi, langsung mendapatkan tukin begitu status PNS atau P3K mereka keluar,” jelas Gunawan, yang merasa sangat kecewa dengan ketidakadilan ini.

Lebih jauh, Gunawan menceritakan bagaimana dirinya yang memiliki gelar S2 dari Oxford Polytechnic, Inggris, melalui beasiswa LPDP, harus berjuang dengan gaji yang hanya sekitar Rp4 juta per bulan. “Saya terkejut dengan kenyataan bahwa teman-teman yang sudah disekolahkan di luar negeri, kembali ke tanah air untuk mengabdi, namun hanya mendapatkan gaji yang sangat rendah,” kata Gunawan dengan penuh tanya. Ia berharap pemerintah bisa segera merealisasikan janji terkait tukin untuk dosen, yang dinilai penting agar mereka bisa fokus pada tugas mulia mereka, yaitu mendidik generasi penerus bangsa.

Di sisi lain, Togar M. Simatupang, Plt Sekretaris Jenderal Kemdiktisaintek, menjelaskan bahwa tidak ada anggaran untuk tunjangan kinerja dan tunjangan profesi dosen pada tahun 2025. Namun, pihaknya sudah mengajukan anggaran sebesar Rp2,8 triliun kepada Badan Anggaran DPR dan Kementerian Keuangan. Togar berharap agar anggaran tersebut bisa disetujui, sehingga dosen dapat menerima tunjangan kinerja yang sangat diharapkan.

Aksi damai yang digelar oleh Adaksi ini menggambarkan keresahan yang mendalam di kalangan dosen ASN Indonesia. Mereka berharap agar pemerintah memberikan perhatian yang lebih besar terhadap kesejahteraan dosen agar dapat menjalankan tugas mereka tanpa terbebani oleh masalah keuangan. Jika pemerintah dapat segera merealisasikan tunjangan kinerja, dosen diharapkan dapat lebih fokus dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Dengan dukungan yang tepat, mereka dapat berkontribusi lebih optimal bagi kemajuan pendidikan bangsa.